PENGENALAN
SEL DAN JARINGAN, FOTOSINTESIS, ANATOMI HEWAN DAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI
|
Disusun
oleh:
Kelompok
1B
Heru Harianto 23010115120047
Roichana Zulfa 23010115120048
Elsa Agnes Fernandez 23010115120049
Oka Nurul Aini 23010115120050
Nur Fikhi Yuliyanto 23010115120051
Roichana Zulfa 23010115120048
Elsa Agnes Fernandez 23010115120049
Oka Nurul Aini 23010115120050
Nur Fikhi Yuliyanto 23010115120051
PROGRAM
STUDI S1 PETERNAKAN
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPENEGORO
SEMARANG
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul : PENGENALAN SEL DAN JARINGAN, FOTOSINTESIS,
ANATOMI HEWAN SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN.
Program Studi :
S1 PETERNAKAN
Jurusan : PETERNAKAN
Fakultas : PETERNAKAN
DAN PERTANIAN
Tanggal Pengesahan : November 2015
Menyetujui,
Koordinator Kelas Peternakan B Asisten Pembimbing
Asisten Biologi
Siti Munawaroh Ozalia
Zulfa
NIM. 23010114120098 NIM.
23010114130113
Mengetahui,
Dosen Koordinator Koordinator Umum
Praktikum Biologi Asisten Biologi
Dr.
Dra. Turrini Yudiarti, M.Sc. Setyo
Inggaris A.R.
NIP. 19591202 198703 2 002 NIM.
23010113120021
RINGKASAN
Kelompok
1 B. PENGENALAN SEL
DAN JARINGAN, FOTOSINTESIS, ANATOMI HEWAN SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
(Asisten Pembimbing : Ozalia Zulfa)
Tujuan dan manfaat dari praktikum
ini adalah dapat mengetahui struktur dan fungsi sel
pada tumbuhan dan hewan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
fotosintesis dan proses terjadinya fotosintesis, mengetahui
anatomi letak, struktur
dan fungsi sistem pencernaan dan sistem
pernafasan, mengetahui perbedaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan
suatu organisme.
Praktikum Biologi dengan materi Sel
dan Jaringan dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Oktober 2015, Praktikum Biologi
dengan materi Fotosintesis dilaksanakan pada hari Jumat, 16 Oktober 2015,
Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan dilaksanakan pada hari Jumat, 6
November 2015 dan Praktikum Biologi dengan materi Pertumbuhan dan Perkembangan
dilaksanakan pada hari Jumat, 13 November 2015 di Laboratorium Fisiologi dan
Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Praktikum pengenalan Sel dan Jaringan menggunakan bahan daun Rhoeo discolor, preparat
awetan fili usus halus ayam, preparat awetan akar dan batang jagung, preparat
awetan akar jarak dan preparat awetan batang kacang tanah dan air, alat yang
digunakan adalah silet, mikroskop, pinset, kaca objek, kaca penutup dan alat
tulis. Bahan yang digunakan dalam materi Fotosintesis adalah daun beringin (Ficus benjamina), alkohol
dan larutan I2 (Iodine), alat yang digunakan adalah cawan petri,
gelas beker, kaki tiga, kawat kasa dan
lampu spirtus. Bahan yang digunakan dalam materi Anatomi Hewan adalah tikus
putih (Rattus norvegicus) dan
kloroform, alat yang digunakan adalah baki bedah, pisau bedah, jarum pentul,
kotak pembunuh, pinset dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam materi
Pertumbuhan dan Perkembangan Organisme adalah delapan biji kacang tanah dan
tanah sebagai media tanam, alat yang digunakan adalah polibag atau pot,
penggaris dan alat tulis.
Hasil praktikum dengan materi pengenalan sel dan
jaringan adalah pada sel hewan terdiri dari membran plasma, sitoplasma, inti
sel. Sel tumbuhan terdiri dari dinding sel, sitoplasma, inti sel. Bagian sel
dari tumbuhan yang tidak dimiliki sel hewan yaitu kloroplas dan dinding sel,
sedangkan bagian sel hewan yang tidak dimiliki sel tumbuhan yaitu sentriol,
sentrosom, lisosom, membran sel. Jaringan dikotil terdapat kambium dan struktur
pembuluh teratur, jaringan monokotil tidak ada kambium dan struktur pembuluhnya
menyebar.
Praktikum fotosintesis daun yang ditutup dan tidak ditutup menggunakan
alumunium foil setelah ditetesi larutan I2 (Iodine)
tidak terjadi fotosintesis hal ini dikarenakan permukaan daun terlalu tebal dan
telah mengalami lignifikasi. Praktikum anatomi sistem pencernaan terdiri dari
mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Fungsi sistem pencernaan yaitu tempat untuk menyerap nutrisi pada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh
dan mengeluarkan hasil pencernaan melaui anus, sedangkan sistem
pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, bronkus,
bronkiolus dan paru-paru. Fungsi sistem pernafasan yaitu mengangkut udara yang
mengandung oksigen (O2) ke dalam paru-paru
dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) keluar tubuh. Praktikum
pertumbuhan dan perkembangan pada kacang tanah bahwa pertumbuhan dapat dilihat
dari panjang tanaman dan kondisi batang, sedangkan perkembangan dapat dilihat
dari jumlah daun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan adalah faktor internal yaitu gen dan hormon, faktor eksternal
yaitu air, udara, suhu, cahaya matahari, kelembaban, tanah dan umur penanaman.
Kata Kunci : sel,
jaringan, anatomi hewan, pertumbuhan dan perkembangan.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Biologi ini
dengan baik.
Penyusun menyampaikan
terima kasih kepada Dr. Dra. Turrini Yudiarti, M.Sc selaku Dosen Koordinator
Praktikum Biologi, Setyo Inggaris A.R. selaku Koordinator Umum Asisten Biologi,
Siti Munawaroh selaku Koordinator Kelas Peternakan B Asisten Biologi, Ozalia
Zulfa selaku Asisten Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan saran
selama praktikum dan penyusunan laporan ini, untuk itu dalam kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membimbing dalam
penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari
bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Semarang, November 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................................... ii
RINGKASAN............................................................................................... iii
KATA
PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR
ISI................................................................................................. vi
DAFTAR
ILUSTRASI................................................................................. ix
DAFTAR
TABEL......................................................................................... x
DAFTAR
LAMPIRAN................................................................................. xi
ACARA
I DAN ACARA II
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
BAB
II MATERI DAN METODE............................................................... 2
2.1. Materi............................................................................................. 2
2.2. Metode........................................................................................... 2
BAB
III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................ ......... 4
3.1. Pengenalan Sel..................................................................... ......... 4
3.2. Pengenalan Jaringan....................................................................... 7
BAB
IV SIMPULAN.................................................................................... 11
4.1. Kesimpulan.................................................................................... 11
4.2. Saran.............................................................................................. 11
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 12
ACARA
III
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 13
BAB
II MATERI DAN METODE............................................................... 14
2.1 Materi.............................................................................................. 14
2.2 Metode............................................................................................ 14
BAB
III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 15
3.1. Fotosintesis.................................................................................... 15
3.2. Fotosintesis Daun Beringin............................................................ 16
BAB
IV SIMPULAN.................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 20
4.2 Saran............................................................................................... 20
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 21
ACARA
IV
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 22
BAB II MATERI DAN METODE....................................................................................................... 23
2.1. Materi............................................................................................. 23
2.2. Metode........................................................................................... 23
BAB
III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 24
3.1. Anatomi Hewan............................................................................. 24
3.2. Anatomi Pencernaan...................................................................... 24
3.3. Anatomi Pernafasan....................................................................... 27
BAB
IV SIMPULAN.................................................................................... 30
4.1. Kesimpulan.................................................................................... 30
4.2. Saran.............................................................................................. 30
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 31
ACARA
V
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 33
BAB II MATERI DAN
METODE............................................................... 34
2.1. Materi............................................................................................. 34
2.2. Metode........................................................................................... 34
BAB
III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 35
3.1. Pertumbuhan dan Perkembangan.................................................. 35
3.2. Pertumbuhan pada Kacang Tanah................................................. 35
3.3. Perkembangan pada Kacang Tanah............................................... 37
BAB
IV SIMPULAN.................................................................................... 39
4.1. Kesimpulan.................................................................................... 39
4.2. Saran.............................................................................................. 39
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 40
LAMPIRAN.................................................................................................. 41
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
1. Pengamatan
Sel Hewan..................................................................... 5
2.
Pengamtan Sel Tumbuhan................................................................. 6
3.
Pengamatan Jaringan
Monokotil....................................................... 8
4.
Pengamatan Jaringan
Dikotil............................................................. 9
5.
Pengamatan Fotosintesis................................................................... 16
6.
Pengamatan Sistem
Pencernaan Hewan............................................ 25
7.
Pengamatan Sistem
Pernafasan Hewan............................................ 27
8.
Grafik Pertumbuhan
Tanaman Kacang Tanah........................... ...... 36
DAFTAR
TABEL
Nomor Halaman
1.
Data Pengamatan Perkembangan
Tanaman Kacang Tanah........ 37
DAFTAR
LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Pertumbuhan
Batang dan Akar................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN
Sel merupakan unit
terkecil dari mahluk hidup, sel-sel di dalam tubuh membelah dengan cara
terkendali untuk menghasilkan lebih banyak sel. Berdasarkan jenisnya, sel
dibedakan menjadi dua jenis sel yaitu sel prokariotik (bakteri dan ganggang
biru) dan sel eukariotik (sel tumbuhan dan sel hewan). Sel-sel tersebut
berkumpul dan berkoordinasi membentuk suatu jaringan. Jaringan yang memiliki
hubungan yang sama satu dengan yang lain membentuk suatu sistem jaringan. Kelompok jaringan terorganisasi
menjadi organ-organ pada tumbuhan dan hewan. Berdasarkan
tipe struktur dan fungsi, jaringan diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,
yaitu jaringan meristematik (embrional) yaitu jaringan yang masih aktif
membelah dan belum mengalami diferensiasi dan jaringan permanen (dewasa) yaitu
jaringan yang sudah berhenti membelah dan telah mengalami diferensiasi.
Tujuan
dilaksanakannya Praktikum Biologi dengan materi Sel dan Jaringan ini yaitu untuk mengetahui dan dapat membedakan struktur sel
pada hewan dan pada tumbuhan (dikotil dan monokotil). Manfaat praktikum ini
yaitu dengan
mempelajari struktur sel hewan dan tumbuhan (dikotil dan monokotil), sehingga dapat mengetahui perbedaan struktur sel dan fungsi dari
bagian-bagian
dalam sel hewan dan tumbuhan.
BAB II
MATERI
DAN METODE
Praktikum biologi
dengan materi Pengenalan Sel dan Jaringan dilaksanakan Jumat, 9 Oktober 2015
pukul 07.00 – 09.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Dipenogoro, Semarang.
2.1. Materi
Materi yang
digunakan pada praktikum pengenalan sel dan jaringan meliputi daun Rhoeo
discolor segar, mikroskop, preparat awetan sel
hewan fili usus halus ayam, preparat awetan jaringan monokotil (akar atau
batang jagung), preparat awetan jaringan
dikotil (akar jarak), kaca objek , kaca penutup, silet dan jarum pentul.
2.2
Metode
2.2.1
Pengenalan
Sel
Metode yang
digunakan dalam pengenalan sel tumbuhan menggunakan daun Rhoeo
discolor yang disayat melintang menggunakan silet,
lalu sayatan tersebut diletakkan pada
kaca objektif yang telah ditetesi air, kemudian ditutup menggunakan kaca
penutup, setelah itu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x.
Metode yang digunakan dalam pengenalan sel hewan menggunakan preparat fili usus
halus ayam yang telah diawetkan diletakkan pada meja mikroskop dengan cara
menjepitnya, kemudian objek diamati dengan mengatur lensa objek dengan
perbesaran 40x dan 100x.
2.2.2
Pengenalan
Jaringan
Metode yang digunakan dalam pengenalan jaringan dengan menggunakan preparat awetan jaringan
monokotil (batang dan akar jagung) dan jaringan dikotil (batang kacang tanah
dan akar jarak) yang telah disediakan dipasang pada meja mikroskop dengan cara
menjepitnya. Preparat diatur dibawah lensa objektif dengan perbesaran 40x
kemudian amati setelah itu hasil pengamatan digambar.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan
Sel
Sel sebagai penyusun makhluk hidup yang memiliki
ukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Hal ini sesuai pendapat Purnomo (2003) yang menyatakan bahwa sel
merupakan unit terkecil pada suatu
makhluk hidup yang
menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung
di dalam sel, sel melakukan respirasi yang menghasilkan ATP digunakan sebagai
tenaga atau energi bagi makhluk hidup. Hal ini sesuai pendapat Prescott et al. (2002) bahwa ATP dihasilkan dari
proses respirasi sel. Sel merupakan unit terkecil yang menjadi dasar kehidupan
dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam
sel, karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi.
3.1.1 Sel
Hewan
Hasil pengangamatan pada praktikum acara pengenalan sel hewan
ditampilkan pada Ilustrasi 1. Data yang ditampilkan merupakan preparat fili
usus halus ayam dengan perbesaran 100x (sisi kiri) dan gambar pembanding (sisi kanan) (Purnomo,
2003).
Ilustrasi 1. Data Pengamatan Sel Hewan
Berdasarkan hasil pengamatan sel hewan menggunakan preparat
awetan fili usus ayam, terdapat bagian-bagian sel yaitu inti sel
(nukleous), membran plasma, sitoplasma. Inti sel (nukleus) merupakan
organel terbesar yang berada dalam sel, yang berfungsi sebagai pengatur
pembelahan sel dan pembawa sifat genetik. Hal ini sesuai pendapat Godam
(2008) menyatakan bahwa kromosom merupakan pembawa gen yang terdapat di
dalam inti sel (nukleus). Membran plasma merupakan bagian terluar sel yang
melindungi protoplasma yang berfungsi mengatur keluar masuknya berbagai zat dan
bersifat selektif permeabel. Campbell et al.
(2002) menyatakan bahwa membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran
plasma. Membran plasma berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran
oksigen, nutrien, serta limbah yang cukup untuk melayani seluruh volume sel.
Sentriol berfungsi sebagai mengatur pembelahan sel. Sitoplasma memiliki
organel-organel yang di dalamnya terdapat inti sel (nukleus), retikulum
endoplasma, ribosom, kompleks golgi, lisosom, badan mikro dan mitokondria.
3.1.2 Sel Tumbuhan
Hasil pengamatan pada praktikum acara pengenalan
sel tumbuhan ditampilkan pada Ilustrasi 2. Data yang ditampilkan merupakan
preparat daun Rhoeo discolor dengan perbesaran 100x (sisi kiri) dan gambar
pembanding (sisi kanan) (Campbell et al ,2008).
Berdasarkan hasil pengamatan
pada sel daun Rhoeo discolor terdapat bagian-bagian sel yaitu dinding sel, sitoplasma, inti sel.
Dinding sel berfungsi sebagai pelindung jaringan di bawahnya dan sebagai
pemberi bentuk sel. Hal
ini sesuai dengan pendapat Campbell et
al. (2008) menyatakan bahwa sel tumbuhan memiliki dinding sel yang berfungsi mempertahankan
bentuknya. Sitoplasma memiliki organel-organel
yang di dalamnya terdapat inti sel (nukleus), retikulum endoplasma, ribosom,
kompleks golgi, lisosom, badan mikro dan mitokondria. Inti sel (nukleus)
merupakan organel terbesar yang berada dalam sel, yang berfungsi sebagai
pengatur pembelahan sel dan pembawa sifat genetik. Hal ini sesuai pendapat Godam
(2008) menyatakan bahwa pembawa gen yang terdapat di dalam inti sel (nukleus) disebut kromosom.
3.2 Pengenalan Jaringan
Jaringan merupakan kumpulan dari beberapa sel yang memiliki
fungsi dan struktur yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (2006)
menyatakan bahwa jaringan tumbuhan terjadi karena adanya atau berlangsungnya
pembelahan dari sel-sel, dalam hal ini sel-sel yang terjadi tetap melakukan
hubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai pendapat Campbell
et al. (2008) yang menyatakan bahwa jaringan adalah kumpulan dari beberapa sel yang berhubungan erat satu sama lain yang
mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
3.2.1 Jaringan
Tumbuhan Monokotil
Hasil pengamatan pada praktikum acara pengenalan jaringan
monokotil ditampilkan pada Ilustrasi 3. Data yang ditampilkan merupakan
preparat awetan batang jagung dengan perbesaran 40x dan preparat awetan akar
jagung dengan perbesaran 40x.
Ilustrasi 3. Data Pengamatan Jaringan Monokotil
Berdasarkan hasil pengamatan jaringan tumbuhan pada preparat awetan
batang jagung (monokotil) terdapat jaringan korteks, epidermis, endodermis,
xylem dan floem. Korteks mengandung amilum dan tersusun
rapat oleh sel-sel parenkim, korteks berfungsi menyimpan cadangan makanan,
epidermis merupakan bagian luar jaringan pelindung bagian dalam tumbuhan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Purnomo (2003) menyatakan
bahwa epidermis merupakan jaringan paling luar pada permukaan tumbuhan primer
berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan dari pengaruh luar. Jaringan
epidermis terdiri atas satu lapis sel dan susunanya rapat tanpa ruang antar sel
yang fungsi sebagai pelindung jaringan dalam tumbuhan dari pengaruh buruk
lingkungan atau patogen. Endodermis merupakan pemisah antara korteks dengan
silinder pusat yang berfungsi sebagai jalan air dari korteks ke stele. Xylem
dan floem di tumbuhan monokotil memiliki susunan yang tersebar. Xylem berfungsi
mengangkut air dan mineral ke daun sedangkan floem berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Jaringan pembuluh pada
batang monokotil tersebar. Hal ini sesuai dengan pendapat Fried et al. (2004) menyatakan bahwa berkas
pembuluh pada monokotil tersebar di seluruh batang, terkubur diantara sel-sel
parenkim dapat dianggap sebagai korteks dan empulur.
3.2.2 Jaringan
Tumbuhan Dikotil
Hasil pengamatan pada praktikum jaringan dikotil ditampilkan
pada Ilustrasi 4. Data yang ditampilkan merupakan preparat awetan batang kacang
tanah dengan perbesaran 40x dan preparat awetan akar jarak dengan perbesaran
40x.
Ilustrasi 4. Data Pengamatan Jaringan Dikotil
Berdasarkan hasil pengamatan pada jaringan tumbuhan dikotil
batang kacang tanah dan akar jarak terdapat jaringan epidermis, korteks,
endodermis, stele, floem, xylem dan kambium. Epidermis terdiri dari sel yang
trersusun rapat. Dinding sel epidermis tipis sehingga dapat dilalui air. Korteks memiliki struktur yang berbentuk balok,
tipis, rapat, serta tidak memiliki ruang antar sel, korteks berfungsi sebagai
tempat penyimpanan cadangan makanan. Endodermis memiliki struktur yang terbentuk
dari selapis sel yang tebal. Sebagian besar sel-sel endodermis memiliki pita
kaspari yang mengandung zat suberin atau zat lignin. Fungsi
endodermis adalah mengatur jalannya larutan yang diserap ke silinder pusat.
Stele (silinder pusat) terdiri dari perisikel, xylem (pembuluh kayu), dan floem
(pembuluh tapis). Perisikel adalah lapisan terluar dari stele yang berperan
dalam pertumbuhan sekunder dan pertumbuhan akar ke samping. Di dalam perisikel
terdapat xilem dan floem yang merupakan berkas pengangkut. Empulur hanya
terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi empulur adalah melangsungkan
pengangkutan makanan kearah horisontal pada batang dan akar. Xylem dan floem pada tumbuhan dikotil memiliki
struktur yang teratur, xylem berfungsi untuk mengangkut air dari akar menuju
daun. Menurut pendapat Purnomo (2003) bahwa xylem berfungsi
sebagai pengangkut air dari akar sampai ke daun. Floem berfungsi mengangkut
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Campbell et al. (2002) menyatakan bahwa tumbuhan dikotil memiliki kambium,
mempunyai embrio yang terdiri atas dua kotiledon, kelopak bunga yang mempunyai
kelipatan dua, empat, atau lima, daun menjari dan bisa tumbuh berkembang
menjadi besar.
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, sel hewan terdiri dari membran plasma, sitoplasma,
inti sel (nukleus), retikulum endoplasma, kompleks golgi, ribosom, sentriol,
lisosom, badan mikro dan mitokondria. Sel tumbuhan terdiri dari membran plasma,
dinding sel, sitoplasma, inti sel (nukleus), retikulum endoplasma, kompleks
golgi, ribosom, kloroplas, lisosom, badan mikro dan mitokondria. Bagian sel
dari tumbuhan yang tidak dimiliki oleh sel hewan yaitu kloroplas dan dinding
sel, sedangkan bagian sel hewan yang tidak dimiliki oleh sel tumbuhan adalah
sentriol, sentrosom, lisosom dan membran sel. Perbedaan jaringan tumbuhan
monokotil dan dikotil yaitu pada berkas pembuluh angkut, pada monokotil menyebar
sedangkan pada dikotil tersusun rapih dan teratur. Pada tumbuhan monokotil
tidak terdapat kambium, sedangkan pada tumbuhan dikotil terdapat kambium yang
dapat memperbesar batang karena di dalamnya terdapat xylem dan floem yang
tersusun rapi dan teratur.
4.2 Saran
Pada praktikum sel
dan jaringan, pencahayaan pada mikroskop kurang terang, sebaiknya mengatur
cahaya mikroskop dengan benar agar mendapatkan cahaya yang terang dan
memperoleh hasil pengamatan yang maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B.
Reece dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi. Edisi kelima jilid 1. Erlangga, Jakarta. (Diterjemahkan oleh R. Lestari).
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2008. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Fahey, G. 2006. Biologi. Edisi kedua. Erlangga,
Jakarta.
Fried, G. H. dan G. J. Hademenos. 2006. Biologi.
Edisi dua. Erlangga, Jakarta.
Godam. 2008. Gen dan kromosom. Tarsito, Bandung.
Isnaeni, W. 2006.
Fisiologi hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Prescott,
A. M., J. P.
Harley dan D. A. Klein.
2002. Mikrobiologi. McGraw-Hill, New York.
Purnomo. 2003. Struktur
dan perkembangan tumbuhan. Erlangga, Jakarta.
BAB
I
PENDAHULUAN
Fotosintesis adalah suatu
proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh
tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil yang
memanfaatkan cahaya matahari dan karbon dioksida. Fotosintesis berperan sangat
penting bagi seluruh kehidupan organik di bumi, karena selain menghasilkan
energi, proses fotosintesis juga akan menghasilkan oksigen untuk kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Fotosintesis berfungsi untuk memproduksi glukosa sebagai sumber energi utama
bagi tumbuhan, dengan adanya glukosa sebagai sumber energi lemak dan protein
yang menjadi sumber makanan bagi manusia
dan hewan, oleh karena itu proses fotosintesis sangat penting dalam kehidupan.
Tujuan dilaksanakan
praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana proses
terjadinya fotosintesis dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis
serta mengetahui ada tidaknya amilum di dalam daun. Manfaat dilaksanakan
praktikum ini yaitu praktikan dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi proses fotosintesis dan proses terjadinya fotosintesis.
BAB
II
MATERI
DAN METODE
Praktikum biologi dengan materi fotosintesis
dilaksanakan Jumat, 16 Oktober 2015 pukul 07.00 – 09.00 WIB di Laboratorium
Fisiologi dan Biokimia Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1 Materi
Materi yang digunakan pada
praktikum fotosintesis meliputi Daun Beringin (Ficus benjamina), aluminium foil, glass beker, kaki tiga, kawat
kasa, lampu spirtus, alkohol 95 %, cawan petri, pipet tetes dan indikator
Iodine (I2).
2.2 Metode
Metode yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu dengan cara memilih daun beringin (Ficus benjamina) ditutup menggunakan alumunium foil dengan cara
melipatkan alumunium foil pada kedua permukaan kemudian dijepit menggunakan
penjepit kertas, setelah satu minggu daun yang telah ditutupi alumunium foil
dilepas, kemudian rebus daun yang ditutup aluminium bersamaan dengan daun yang
tidak ditutup menggunakan alumunium foil menggunakan alkohol 95 % hingga daun
berubah warna menjadi putih atau klorofil larut semua, setelah itu kedua daun
diambil dan diletakkan pada cawan petri, lalu ditetesi dengan indikator Iodine
(I2) hingga rata keseluruh permukaan daun, lalu kedua daun diamati
perubahan warna yang terjadi pada daun yang ditutup alumunium foil dan yang
tidak ditutup alumunium foil.
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Fotosintesis
Fotosintesis terjadi pada
tumbuhan yang mempunyai klorofil. Fotosintesis adalah proses pembentukan
makanan untuk tumbuhan yang membutuhkan bantuan cahaya matahari dan klorofil. Fotosintesis
menghasilkan oksigen dalam atmosfer yang penting bagi semua bentuk kehidupan.
Campbell et al. (2002) menyatakan
bahwa fotosintesis merupakan proses pembentukan bahan organik dari bahan
anorganik yang memrlukan bantuan cahaya matahari dan klorofil
untuk proses tersebut. Tumbuhan tingkat tinggi mempunyai dua macam pigmen utama
yang berfungsi untuk menyerap energi cahaya dalam proses fotosintesis yaitu
klorofil A dan B serta karatenoid. Klorofil A berwarna hijau kebiruan, klorofil
B berwarna hijau dan karotenoid berwarna merah, orange, dan kuning. Salaki
(2000) menyatakan bahwa pada tumbuhan tingkat tinggi, klorofil A dan klorofil B
merupakan pigmen utama fotosintesis yang berperan menyerap cahaya violet, biru,
merah dan memantulkan cahaya hijau. Menurut Setyanti et al. (2013) menyatakan bahwa fotosintesis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni luas daun, jumlah klorofil, serta faktor
eksternal lingkungan. Faktor lingkungan tersebut antara lain intensitas cahaya,
dan ketersediaan CO2, air, dan unsur hara.
3.2 Fotosintesis Daun Beringin (Ficus benjamina)
Hasil pengamatan pada
praktikum acara pengenalan fotosintesis ditampilkan pada Ilustrasi 5. Data yang
ditampilkan merupakan gambar daun yang ditutup dengan alumunium foil (sisi kiri) dan sebagai kontrol pembanding daun yang
tidak ditutup alumunium foil dengan
daun yang ditutup alumunium foil
(sisi kanan) sebagai data yang ditampilkan dengan kontrol.
Ilustrasi 5. Data Pengamatan
Fotosintesis
Daun yang tidak ditutup menggunakan alumunium foil berwarna hijau, sedangkan
daun yang ditutup menggunakan alumunium
foil berwarna kuning kecoklatan. Hal ini disebabkan daun yang tertutup alumunium foil tidak terkena sinar
matahari untuk melakukan proses fotosintesis, sehingga daun tersebut layu dan
berwarna kuning kecoklatan. Seperti yang dikemukakan oleh Kimball (2002)
menyatakan bahwa proses fotosintesis dapat terjadi
pada daun yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang memiliki fungsi sebagai
penangkap energi matahari.
Sasmitamihardja (2000) menyatakan bahwa komponen fotosintesis yang
sangat penting adalah klorofil.
Daun yang tidak ditutup menggunakan alumunium foil terkena cahaya matahari
sehingga akan mensintesis klorofil. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Setyanti et al.
(2013) yang menyatakan bahwa daun menyerap cahaya matahari
yang digunakan untuk mensintesis klorofil. Sintesis klorofil menyebabkan
tumbuhan akan mampu melakukan fotosintesis. Hendriyani (2009) menyatakan bahwa
sintesis klorofil dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yakni cahaya, gula atau karbohidrat, air temperatur, faktor genetik,
unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Zn, S dan O. Pertamawati (2010)
menyatakan bahwa fotosintesis adalah salah satu cara asimilasi karbon yaitu
proses biokimia yang digunakan untuk memproduksi energi
dalam fotosintesis. Karbon bebas dari CO2 difiksasi serta bereaksi
dengan H2O yang dipengaruhi
oleh
cahaya matahari di dalam klorofil menjadi gula sebagai molekul penyimpan
energi. Reaksi keseluruhan fotosintesis
adalah sebagai berikut :
6CO2 + 6H2O C6H12O6
(karbohidrat) + 6O2
Daun yang ditutup oleh alumunium
foil tidak mampu mensintesis klorofil
sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis karena tidak terkena cahaya
matahari. Hal ini menyebabkan tidak adanya karbohidrat yang terbentuk dari daun
tersebut serta warna daun menjadi berwarna kuning kecoklatan.
Karbohidrat yang dihasilkan
pada proses fotosintesis daun berupa amilum. Haryanti (2009) menyatakan bahwa
fotosintesis menghasilkan glukosa dan amilum. Praktikum fotosintesis ini daun
yang tidak ditutup menggunakan alumunium
foil tidak mengalami perubahan warna setelah ditetesi indikator Iodine (I2),
dan daun yang ditutup menggunakan alumunium
foil tidak mengalami perubahan warna tetap berwarna kuning kecoklatan. Daun yang sudah tua akan mengalami perubahan warna yaitu berubah
warna menjadi warna kuning, maka kemampuan berfotosintesis akan berkurang atau
tidak dapat berfotosintesis. Berkaitan dengan fotosintesis, selain dari
kandungan klorofil, daun yang sudah tua akan mengalami penebalan pada dinding
sel dan lapisan kutikula pada daun yang akan menghambat proses fotosintesis dan
peluruhan klorofil daun. Hal ini akan mengganggu proses penyerapan Iodine (I2)
sebagai indikator adanya karbohidrat (amilum) sebagai hasil fotosinteis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Ginting (2010) yang meyatakan bahwa fotosintesis ditentukan oleh beberapa faktor yakni bentuk
daun dan ukuran daun dalam efisiensi penangkapan sumber energi utama tanaman
yaitu sinar matahari.
Daun memiliki stomata, pada setiap daun memiliki stomata yang
berbeda kerapatannya. Kerapatan stomata dipengaruhi oleh lingkugan dan
kelembaban tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryanti (2010) bahwa setiap
tumbuhan memiliki
kerapatan atau indeks stomata yang berbeda, yang
dipengaruhi oleh lingkungannya terutama intensitas sinar
matahari dan kelembaban. Pergerakan stomata pada daun dapat dipengaruhi oleh
suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Ginting (2010) yang menyatakan
bahwa kinerja enzim yang mengendalikan fiksasi CO2 akan
meningkat jika suhu lingkungan mengalami peningkatan. Namun
suhu ekstrem juga akan membuat enzim terdenaturasi.
Tanaman sangat membutuhkan air untuk berlangsungnya proses
fotosintesis. Pemberian air harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Pemberian air yang berlebih atau kurang akan berdampak pada tanaman tersebut
sebagai salah satu faktor penyebab tidak terjadinya perubahan warna setelah
ditetesi dengan indikator Iodine (I2). Maryani (2012) menyatakan
bahwa ketersediaan air sangat penting untuk kebutuhan tanaman,
air berfungsi sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara)
dari dalam tanah menuju tanaman dan
menjaga turgiditas sel seperti perbesaran sel dan pembukaan stomata serta sebagai
salah satu syarat proses fotosintesis. Diperlukan pemberian air yang seimbang
pada tanaman untuk memperoleh hasil yang baik. Minardi (2002) menyatakan bahwa
adanya kombinasi pengolahan pada nilai air optimum dan keseimbangan persedian
air pada tanaman diperlukan untuk memperoleh hasil yang baik.
Fotosintesis dipengaruhi oleh oleh
faktor internal dan faktor eksternal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nio (2011) yang menyatakan bahwa faktor
eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan
kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, sedangkan faktor
internal adalah gen individu tersebut. Vander et al. (2001) menyatakan bahwa hilangnya klorofil A dan B
berpengaruh negatif terhadap efisiensi fotosintesis.
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, daun yang ditutup maupun tidak ditutup
menggunakan alumunium foil tidak mengalami perubahan warna setelah ditetesi
indikator I2, karena kedua daun tidak terdapat amilum.
Hal ini disebabkan karena daun terlalu tebal sehingga tidak terjadi proses
fotosintesis yang menghasilkan amilum.
4.2 Saran
Pada praktikum ini daun
yang ditetesi indikator I2 baik yang ditutupi maupun tidak ditutupi
alumunium foil tidak terjadi perubahan warna, hal ini dikarenakan daun yang
diambil untuk percobaan ukuran daun terlalu tebal, sehingga fotosintesis tidak
berlangsung dengan optimal. Sebaiknya daun yang dipilih adalah daun yang muda
agar daun tersebut dapat berfotosintesis dan menghasilkan karbohidrat (amilum)
dengan optimal, sehingga terjadi perubahan warna pada daun ketika ditetesi
indikator I2.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell. N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2002. Biology. Edisi kelima. Erlangga,
Jakarta.
Ginting,
C. 2010. Analisis pertumbuhan selada (Lactuca sativa) dibudidayakan secara hidroponik pada musim kemarau
dan penghujan. J. Agriplus 1 (20):
1-8.
Hariyanti,
S. 2010. Distribusi stomata pada daun beberapa
spesies tanaman dikotil dan monkotil. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hendriyani,
I. S.
2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan
kacang panjang pada tingkat penyediaan
air yang berbeda. J. Sains dan Mat. 3 (17): 145-150.
Kimball, J. W. 2002. Fisiologi tumbuhan. Erlangga, Jakarta.
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh volume pemberian air terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit di
pembibitan utama. J. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Jambi 2 (1): 64-75.
Minardi, S. 2002. Kajian terhadap pengaturan
pemberian air dan dosis tsp dalam mempengaruhi keragaan tanaman jagung (Zea mays L.) ditanah fertisol. J. Sains Tanah 1 (2):
35-40.
Nio,
S. A. 2011. Biomassa dan kandungan klorofil total daun jahe (Zingiber Officinale L.) yang mengalami
cekaman kekeringan. J. Ilmiah SAINS 11 (1): 190-195.
Salaki, M. 2000. Analisis kandungan klorofil daun mangga
(Mangifera indica L.) pada tingkat
perkembangan daun yang berbeda. J. Bioslogos
1 (1): 21-23.
Sasmitamihardja, D. 2000. Fisiologi tumbuhan. J.
MIPA 2 (8): 253-281, Bandung.
Vander, A. 2001. Chlorophyll flourescence and
chlorophyll content as a measure of drough tolerance in potato. South African
J. ofsci 95 (2):
407-412
BAB I
PENDAHULUAN
Anatomi
hewan merupakan ilmu yang mempelajari struktur tubuh hewan, dengan ilmu anatomi
dapat mengetahui dan memahami fungsi dan
struktur tubuh. Anatomi terbagi menjadi beberapa macam cabang ilmu, seperti anatomi
hewan, anatomi manusia dan anatomi tumbuhan. Pengertian dari anatomi hewan ialah cabang ilmu yang
berhubungan dengan struktur dan organisasi dari hewan tersebut. Anatomi hewan dapat disebut sebagai anatomi
perbandingan atau morfologi hewan bila mempelajari struktur bagian hewan, dapat disebut juga dengan
anatomi khusus bila hanya mempelajari satu jenis hewan saja. Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) pengamatan dimulai
dari mengamati sistem pencernaan kemudian sistem pernafasan. Sistem pencernaan
Tikus Putih (Rattus norvegicus) berupa kerongkongan (oesophagus), lambung, usus halus, usus besar dan anus, sedangkan
sistem pernafasan berupa trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru. Anatomi sistem pencernaan dan sistem pernafasan
dipelajari untuk mengetahui serta memahami letak, struktur dan fungsi sistem
pencernaan dan sistem pernafasan secara umum.
Tujuan
praktikum Anatomi Hewan adalah untuk mengetahui anatomi sistem pencernaan dan sistem pernafasan pada hewan dan mengetahui letak dan struktur sistem
pencernaan dan pernafasan secara umum. Manfaat dari
praktikum ini adalah dapat mengetahui anatomi sistem
pencernaan dan sistem
pernafasan pada hewan serta mengatahui fungsi sistem pencernaan
dan sistem pernafasan.
BAB II
MATERI
DAN METODE
Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Hewan dilaksakan pada hari
Jumat, 6 November 2015 pukul 07.00-09.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan
Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1 Materi
Materi
yang diamati adalah Tikus Putih (Rattus
norvegicus), alat yang digunakan yaitu kotak pembunuh, baki bedah, gunting,
pisau bedah, pinset atau penjepit, jarum pentul. Bahan yang digunakan yaitu
Tikus Putih (Rattus norvegicus) dan kloroform.
2.2 Metode
Praktikum
Biologi mengenai Anatomi Hewan ini dilakukan
serangkaian proses yakni Tikus Putih (Rattus
norvegicus) dimasukkan ke dalam
kotak pembunuh yang diberi kloroform untuk membius Tikus Putih (Rattus norvegicus) kemudian tikus putih
diletakkan pada baki bedah dengan cara merentangkan tubuhnya kemudian kedua
kaki dan tangan ditusuk dengan menggunakan jarum pentul, lalu bedah dari perut
bagian bawah dengan menggunakan pisau bedah sampai atas dengan memotong tulang
rusuk, setelah terbuka perut tikus putih diambil organ pencernaan dan pernafasan
serta diamati kemudian hasil pengamatan
digambar.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Anatomi Hewan
Anatomi
berasal dari bahasa Yunani yaitu anatomia
dari anatemnein yang berarti
memotong, ilmu anatomi merupakan cabang ilmu pengetahuan mengenai struktur
tubuh pada manusia, hewan dan makhluk lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pearce (2009) yang menyatakan bahwa anatomi disebut sebagai ilmu yang mempelajari
struktur tubuh dan bagian-bagian tubuh satu dengan yang lain yang saling berhubungan.
Macam-macam sistem organ
yang membentuk organisasi dapat diketahui
dengan menggunakan ilmu anatomi. Menurut Sumardjo (2009)
menyatakan bahwa sistem organ, sistem pencernaan dan sistem pernafasan merupakan organisasi organ.
Sistem pencernaan meliputi rongga mulut, kerongkongan (oesophagus), lambung (gaster),
usus halus (intestinum), usus besar (rectum) dan anus. Sistem pernafasan
meliputi rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
paru-paru.
3.2. Anatomi Pencernaan
Hasil
pengamatan praktikum acara anatomi ditampilkan pada Ilustrasi 6. Data yang
ditambilkan merupakan hasil pengamatan pada organ digesti Tikus Putih (Rattus norvegicus).
Ilustrasi 6. Data
Pengamatan Organ Pencernaan
Berdasarkan data
di atas
dapat diketahui beberapa organ yang
dapat membentuk sistem organ pencernaan yang dimulai
dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2004)
menyatakan bahwa organ pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar dan anus. Proses pencernaan dimulai
dari rongga mulut, di dalam
rongga mulut makanan digiling hingga menjadi kecil oleh gigi dan dibasahin oleh
saliva, kemudian disalurkan melalui faring dan kerongkongan. Kerongkongan (oesophagus) merupakan saluran yang
lebar seperti tabung yang menghubungkan faring dengan lambung. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Harjana
(2009) yang menyatakan bahwa kerongkongan
(oesophagus) merupakan saluran pendek berbentuk pipa yang
lurus dari faring menuju lambung.
Tikus Putih (Rattus
norvegicus) memiliki kerongkongan (oesogphagus)
yang berbentuk seperti otot yang berongga. Hal ini
sesuai pendapat Maswarni et al. (2014)
menyatakan bahwa kerongkongan merupakan rongga perototan yang betolak belakang
dengan langit-langit mulut (palatum).
Lambung (gaster) adalah organ yang berperan
dalam proses pencernaan yang berbentuk tabung lebar berotot yang berwarna keputihan
dengan ujung pylorus yang menyempit dan
berbentuk seperti kantung. Hal ini sesuai dengan pendapat Puspitasari (2008)
yang menyatakan bahwa lambung memiliki struktur seperti kantung yang dapat
mengalami pelebaran atau peregangan.
Lambung terletak diantara kerongkongan (esophagus) dan usus halus. Hal ini sesuai dengan pendapat Eroschenko
(2003) dalam Rahmawati (2010) menyatakan bahwa lambung (gaster) letaknya di antara kerongkongan (oesophagus)
dan usus halus.
Usus halus (intestinum) merupakan bagian dari
sistem pencernaan yang letaknya antara lambung (gaster) dan usus besar. Menurut Laila (2011) menyatakan bahwa usus halus (intestinum) di antara lambung dengan
usus besar yang merupakan bagian dari system pencernaan. Usus
besar (rectum) merupakan tabung yang
lebar dan lurus yang bermuara pada anus.
Usus besar dalam tubuh Tikus Putih (Rattus
norvegicus) terdiri atas
berbagai daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjana
(2009) yang menyatakan bahwa usus besar dibedakan menjadi beberapa daerah yang
terdiri dari caecum, colon dan rectum. Bagian akhir dari sistem pencernaan adalah anus yang juga
merupakan bagian akhir tubuh. Hal ini sesuai pendapat Baeti (2010) yang
menyatakan bahwa bagian akhir dari tubuh terdapat anus. Sistem pencernaan berfungsi untuk menyerap nutrisi
pada makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh. Menurut
Istiqomah et al. (2013) menyatakan
bahwa fungsi dari sistem pencernaan sebagai tempat mencerna dan menyerap nutrisi pada
makanan dan minuman yang masuk ke dalam
tubuh yang kemudian dikeluarkan
melalui anus.
3.3. Anatomi Pernafasan
Hasil
pengamatan praktikum acara anatomi ditampilkan pada Ilustrasi 7. Data yang
ditampilkan merupakan hasil pengamatan pada organ digesti Tikus Putih (Rattus norvegicus).
Ilustrasi 7. Data
Pengamatan Organ Pernafasan
Berdasarkan pada Ilustrasi 7. Sistem pernafasan dimulai dari
hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkeolus dan paru-paru. Hal ini
sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2004), sistem repirasi pada
mamalia dimulai dari rongga hidung, faring, udara dihirup melalui laring,
kemudian menuju trakea, bronkus, bronkiolus dan berakhir pada alveoli.
Alat pernafasan pertama yang dilalui oleh udara adalah hidung.
Menurut Syaifuddin (1997) dalam Lestari (2010), hidung adalah alat pernafasan
pertama yang memiliki lubang hidung (cavum nasi) serta sekat hidung (septum
nasi). Perjalanan udara memasuki paru-paru dimulai saat udara melewati
lubang hidung, setelah melalui rongga hidung, udara akan melewati faring.
Faring adalah percabangan antara saluran pencernaan (oesophagus) dan saluran pernafasan (laring dan trakea). Faring
merupakan pertemuan antara saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Menurut Wiyanto et
al. (2015) mengemukakan bahwa bentuk dari faring seperti cerobong serta
merupakan pipa berotot yang terletak di bagian dasar tengkorak sampai
sambungannya dengan oesophagus.
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh sembilan
tulang rawan, setelah melewati laring udara memasuki trakea. Trakea tersusun
atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan tulang
rawan dan lapisan adventitia, setelah melalui trakea, menuju saluran bercabang
dua. Kedua cabang tersebut yaitu bronkus, pada setiap bronkus akan terhubung
dengan paru-paru sebelah kanan dan kiri. Bronkus akan bercabang lagi, cabang
yang lebih kecil dinamakan bronkiolus. Menurut
Campbell et al. (2004), untuk menuju paru-paru trakea bercabang menjadi
bronkiolus dan kemudian berakhir membentuk sekumpulan kantung yang disebut
alveoli. Paru-paru terdiri atas gelembung hawa (alveoli). Hal ini sesuai
pendapat Rahardjo (2010) bahwa sebagian besar dari paru-paru tersusun atas
gelembung hawa (alveoli) dan di dalam alveoli tersebut terjadi pertukaran
udara. Sistem Pernafasan merupakan
seluruh proses sel pada organisme dalam menerima oksigen (O2) ke
dalam paru-paru serta melepaskan karbon dioksida (CO2) ke luar tubuh.
Menurut Handaya et al. (2011)
menyatakan bahwa sistem pernafasan digunakan sebagai tempat pertukaran gas
oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2).
BAB IV
SIMPULAN
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan anatomi sistem pencernaan pada hewan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar dan anus. Sistem pencernaan berfungsi sebagai tempat untuk menyerap
nutrisi pada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh dan mengeluarkan
hasil pencernaan melaui anus. Sistem pernafasan terdiri dari rongga hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru. Sistem pernafasan berfungsi untuk mengangkut udara
yang mengandung oksigen (O2) ke dalam paru-paru dan mengeluarkan
karbon dioksida (CO2) keluar tubuh.
4.2. Saran
Pada
praktikum anatomi hewan pada saat pengambilan dan pemisahan organ-organ dalam Tikus Putih (Rattus norvegicus) sebaiknya
dilakukan secara perlahan, agar organ sistem
pencernaan dan pernafasan yang akan diamati tidak rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Baeti, D. N. 2010. Efek Terapi
kombinasi klorokuin dan serbuk Lumbricus rubellus terhadap ekspresi gen
ICAM-1 pada Mencit Swiss yang diinfeksi Plasmodium berghei anka. Surakarta: Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret. [SKRIPSI].
Campbell, N. A.,
J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Handaya, W. B.
T dan Y. Magaretha. 2011. Alat bantu ajar sistem pencernaan dan pernafasan pada
manusia berbasis Web J. Informatika 2
(7): 201-211.
Harjana,
T. 2009. Pemanfaatan daun pepaya (Carica papaya l) untuk pertumbuhan
dan efeknya pada gambaran histologi usus halus Tikus Putih (Rattus norvegicus). Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan
Penerapan MIPA. Fakultas MIPA
Universitas Negri Yogyakarta 237-244.
Istiqomah,
Y. N dan A. Fadlil. 2013. Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit saluran
pencernaan menggunakan metode dempster shafer. J. Sarjana
Teknik Informatika 1 (1): 32-41.
Lestari, A. 2010. Pengaruh paparan debu kayu terhadap
gangguan fngsi paru tenaga kerja di CV. Gion & Rahayu, Kec. Kartasura, Kab.
Sukoharjo Jawa Tengah.
Universitas Sebelas Maret. [SKRIPSI].
Laila, S. R. 2011. Profil imunohistokimia antioksidan
superoksida dismutase (SOD) pada usus halus tikus yang diberi probiotik dan
enteropathogenic E. Coli (EPEC). Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor. [SKRIPSI].
Maswarni
dan N. Rachman. 2014. Kuda: Manajemen pemeliharaan dan
pengembangbiakan. Penebar Swadaya Grup, Jakarta.
Muslim,
G., J. E. Sihombing., S. Fauziah., A. Abrar
dan A. Fariani. 2014. Aktivitas proporsi berbagai cairan rumen dalam mengatasi
tannin dengan tehnik in vitro. J.
Peternakan Sriwijaya 1 (3): 25-36.
Pearce,
E. C. 2009. Anatomi keperawatan klien dengan gangguan sistem klosan.
Salemba Medika, Jakarta.
Puspitasari,
D. A. 2008. Gambaran histopatologi lambung Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat pemberian asam asetil salisilat. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. [SKRIPSI].
Rahardjo,
R. A. H. 2010. Hubungan antara paparan debu padi dengan kapasitas fungsi paru
tenaga kerja di penggilingan padi anggraini, Sragen, Jawa Tengah. Universitas
Sebelas Maret. [SKRIPSI].
Rahmawati, A. 2010. Efek ekstrak bekatul beras hitam (Oryza sativa L) terhadap perbaikan luka
pada mukosa lambung mencit yang dipapar aspirin. Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. [SKRIPSI].
Rahardjo, R. A. H. 2010.
Hubungan antara paparan debu padi dengan kapasitas fungsi paru tenaga kerja di
penggilingan padi anggraini, Sragen, Jawa Tengah. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. [SKRIPSI].
Sklan.
D dan S. Hurwitz. 2002. Protein digestion and adsorption in young chick and
turkey, J. Nutrition 10: 134-142.
Standring,
S. Gray’s. 2005. Anatomy: The Anatomical
Basis, 39th ed. Churchill Livingstone, Inc. New York.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tillman,
A. D., S. Reksohadiprodjo dan S. Lebdosoekojo. 2005. Ilmu makanan
ternak dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wiyanto, R. J., O. C. P. Pelealu dan R. E. C. Tumbel. 2015. Suvey
kesehatan tenggorokan di Desa Tinoor Dua. J.
e-Clinic (eCl) 1 (3): 595-597.
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan
perkembangan pada organisme tidak terbatas pada morfogenesis dan diferensiasi,
tetapi juga mencakup suatu peningkatan besarnya organisme tersebut. Pertumbuhan
merupakan proses fisiologis dalam
organisme yang berupa perubahan bentuk dan ukuran sebagai akibat adanya
pembelahan, pembesaran dan perbanyakan sel, sehingga dapat disebut pula bahwa
pertumbuhan merupakan perkembangan maju suatu makhluk hidup. Pertumbuhan
bersifat kuantitatif artinya dapat diukur dan irreversible yang berarti tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Perkembangan merupakan suatu proses menuju kedewasaan suatu makhluk hidup yang
bersifat kualitatif dan reversible.
Kualitatif yang berarti tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tetapi
dapat diamati dengan mata, sedangkan reversible
berarti dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan dan perkembangan
dipelajari untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan suatu
organisme serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut.
Tujuan praktikum
pertumbuhan dan perkembangan organisme yaitu untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme karena perbedaan penanaman.
Manfaat praktikum ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan organisme terutama pada tanaman yang digunakan
dalam praktikum ini.
BAB
II
MATERI
DAN METODE
Praktikum
Biologi dengan materi Pertumbuhan dan Perkembangan dilaksanakan pada hari
Jumat, 13 November 2015 pukul 07.00-09.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan
Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1. Materi
Materi
yang diamati adalah tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.), alat dan bahan yang digunakan adalah polybag atau pot, media tanam menggunakan tanah, biji Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.), penggaris dan
alat tulis.
2.2. Metode
Metode
yang digunakan dalam pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) adalah mengukur
panjang batang, mengukur akar Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.), mengamati
kondisi batang dan menghitung jumlah daun pada tanaman umur satu minggu sampai
empat minggu.
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan proses
fisiologis dalam organisme yang berupa perubahan bentuk dan ukuran sebagai
akibat adanya pembelahan, pembesaran dan perbanyak sel. Hal ini sesuai pendapat
Salisbury dan Ross (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan berarti penambahan
ukuran organisme multisel tumbuh dari zigot, penambahan itu bukan hanya
penambahan volume, tetapi juga dalam bobot serta jumlah sel. Perkembangan merupakan proses menuju
dewasa pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Allvanianista (2013) menyatakan bahwa perkembangan merupakan perubahan
yang mengacu pada fungsi organ reproduksi makhluk hidup yang bersifat
kualitatif.
3.2 Pertumbuhan pada Kacang Tanah
Hasil
pengamatan praktikum acara pertumbuhan dan perkembangan ditampilkan pada
Ilustrasi 8. Data yang ditampilkan merupakan grafik pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
Ilustrasi 8. Grafik Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
Berdasarkan
grafik pertumbuhan panjang tanaman di atas, panjang tanaman selama empat minggu
berturut-turut yaitu 18,5 cm, 24,5 cm, 30,5 cm dan 42,0 cm. Pertumbuhan panjang
tanaman selama empat minggu mengalami peningkatan pertumbuhan yang sesuai, hal
ini karena perbedaan umur penanaman pada setiap tanaman kacang tanah.
Pertumbuhan panjang tanaman yang paling cepat tumbuh pada minggu pertama yang
berumur empat minggu. Adanya perbedaan tinggi tanaman dimungkinkan karena respon
tanaman yang berbeda dan juga zat-zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi
pertumbuhan, diantaranya auksin, giberelin, dan sitokinin. Menurut Greulach dan
Adam (2000) yang menyatakan bahwa giberelin berfungsi dalam proses pemanjangan
nernodus batang dengan merangsang pemanjangan sel, sedangkan sitokinin berperan
dalam mendorong pembelahan sel. Faktor luar yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berasal dari faktor lingkungan
seperti makanan atau nutrisi, suhu, cahaya, air, tanah. Menurut Purwadi (2011)
bahwa faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan
unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau tinggi,
sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut. Pembentukan enzim dan hormon ini,
mempengaruhi berbagai reaksi metabolisme
untuk mengatur dan mengendalikan pertumbuhan, hormon berpengaruh dalam proses
pembelahan sel dan pemanjangan sel untuk proses pertumbuhan. Pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yaitu intensitas cahaya matahari,
konsentrasi CO2 (karbon dioksida) dan O2 (oksigen). Alexander
(1997) dalam Bahar (2002) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman seperti intensitas cahaya matahari, air, konsentrasi CO2
(karbon dioksida) dan O2 (oksigen) yang diterima tanaman.
3.3. Perkembangan pada Kacang Tanah
Hasil
pengamatan praktikum acara Pertumbuhan dan Perkembangan ditampilka pada Tabel
1. Nilai yang ditampilkan merupakan jumlah daun dan kondisi batang pada tanaman
Kacang Tanah.
Tabel 1. Data Pengamatan Perkembangan
Tanaman Kacang Tanah
Minggu
1
|
Minggu
2
|
Minggu
3
|
Minggu
4
|
|
Jumlah
Daun 12 12 20
Kondisi Batang Keras Keras Keras
|
42
Keras
|
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum jumlah daun selama empat minggu berturut-turut yaitu
12 helai, 12 helai, 20 helai dan 42 helai. Jumlah daun terbanyak terdapat pada
tanaman minggu ke empat berjumlah 42 helai daun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fitter dan Hay (1992) dalam Marjenah (2001) yang menyatakan bahwa kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan ditentukan oleh jumlah daun. Minggu pertama sampai minggu ke empat kondisi pada semua batang
keras, hal ini karena semua batang sudah memiliki jaringan sklerenkim sehingga
sel-sel pada batang menjadi keras. Batang kacang tanah memiliki jaringan
kambium yang berfungsi untuk pembelahan sekunder yang menyebabkan ukuran batang
pada kacang tanah menjadi membesar. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo
(2003) menyatakan bahwa aktivitas pertumbuhan sekunder merupakan aktivitas dari
kambium yang menyebabkan ukuran diameter batang menjadi membesar.
BAB
IV
SIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman selama
empat minggu terjadi perubahan tumbuh tanaman. Pertumbuhan dapat dilihat dari
bertambahnya panjang tanaman dan ukuran batang. Perkembangan tanaman dapat
dilihat dari jumlah daun dan kondisi batang. Pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu gen dan hormon, faktor eksternal yaitu cahaya matahari, air,
suhu, kelembaban, tanah dan umur penanaman.
4.2. Saran
Pada
praktikum pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah pada saat melakukan
pencabutan akar pada pot sebaiknya dilakukan dengan pelan-pelan agar akar
kacang tanah tidak terputus dan saat sebelum melakukan penanaman, biji Kacang Tanah sebaiknya direndam dengan
air terlebih dahulu agar pertumbuhan biji berlangsung optimum.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahar, A. 2002. Pengaruh takaran (dosis)
inokulum Rizo-pulus pada inokulasi benih terhadap pembbibitan akar dan pertumbuhan
tiga varietas kedelai. J. FMIPA 1 (1)
: 55-64.
Greulach, V. A and Adams, E. J. 2000. Plants
and introduction to modern botany. Chaper Hill Mac Maan Publishing Co, Inc. New
York.
Ikalor, A. 2013. Pertumbuhan dan
perkembangan. J. Pertumbuhan dan Perkembangan 1 (7): 1-6.
Marjenah.
2001. Pengaruh perbedaan naungan di persemaian terhadap pertumbuhan dan respon
morfologi dua jenis semai meranti. J. Ilmiah Kehutanan. “Rimba Kalimantan” 1 (1): 163-169.
Salisbury,
F. B dan C. W. Ross. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Penerjemah: Diah R. Lukman dan
Sumaryono. Edisi keempat. ITB, Bandung.
Purnomo.
2003. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada yogyakarta.
Purwadi,
E. 2011. Pengujian ketahanan benih terhadap cekaman lingkungan. J. program
studi FMIPA 167-171.
Lampiran
1. Pertumbuhan Batang dan Akar
Parameter
|
Minggu 1
Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
|
……………………………cm..……………………………..
|
|
Tinggi Batang 12,5 14,5 19,0 25,5
Panjang Akar 6,0 10,0 11,5 16,5
|
TERIMA KASIH
(NO PLAGIASI/PLAGIAT)
0 komentar:
Posting Komentar